Mabinogion Volume 2 Chapter 1

Baca Web Novel Mabinogion 2 lewat platform wattpad dengan tautan

Mabinogion Volume 2 Chapter 1

CHAPTER 1: TARUHAN


“Apakah Anda sudah memiliki seorang pacar?” Gadis itu diberi pertanyaan yang sedikit tidak pas untuk siswa SMP. Meski dia adalah artis, usianya tetap saja siswa SMP. Banyak wartawan mengelilingi jalannya dan menyodorkan rekaman untuk info redaksi. Setiap wartawan memberi pertanyaan yang secara garis besar, itu semua sama saja.

“Apakah Anda sudah memiliki pacar?”
“Bisa ceritakan hubungan spesial Anda?”
“Tipe laki-laki kesukaan Anda?”

“Serius, kenapa publik sangat menginginkan informasi tidak berguna seperti itu. Apa pun jawabanku, setidaknya, aku ini tetap seorang artis bukan?” Begitulah pikirannya.

Tapi, karena terpaksa dan dorongan diri yang ingin segera istirahat. Gadis itu menjawab, “Ya, aku punya pacar. Selebihnya tidak akan aku ceritakan karena ini urusan pribadi. Sekarang kalau kalian berkenan, mohon berikan aku jalan.”

Semua kejadian itu terlihat dalam layar. Mulai dari dirinya yang diserbu wartawan, ditodong pertanyaan, sampai jawabannya yang singkat. Semua itu terlihat dalam layar ponsel yang Lifah bawa.

“Tunggu, sejak kapan sekolah mengizinkan kita membawa ponsel?” Reki memojokkan Lifah dengan pertanyaan itu. Tapi tidak peduli, Lifah malah berkata, “Itu tidak penting! Yang lebih penting lihat ini. Nova mengatakan kalau dirinya sudah punya pacar. Pacar loh pacar! Kupikir itu hanya mitos soal dirinya yang bisa punya pacar,” kata Lifah sambil menunjukkan ponselnya.

“Tetap saja tindakanmu itu ilegal, bagaimana kalau disita guru?” Reki bertanya karena khawatir. Tapi lagi-lagi, Lifah tidak menghiraukannya. “Semua akan baik-baik saja,” kata Lifah santai dengan memamerkan senyum polos.

Oase yang mendengar semua percakapan itu mencoba untuk diam. Dia berpura-pura tidak dengar, pura-pura tidak tahu, niatnya adalah menjauhkan dirinya dari topik itu.

Reki yang duduk di sampingnya melontarkan tanya. “Oase, menurutmu, seperti apa tipe pacarnya Nova?” tanya Reki.

PENYERANGAN TOPIK SPONTAN, Oase mulai berkecamuk dalam pikirannya. Tapi dia mencoba tenang. Menggaruk hidung karena canggung, Oase memaksakan diri untuk menjawab, “Entah … a-aku, tidak begitu paham, mungkin.”

“Yah, percuma saja menanyakan itu pada Oase sih,” respon Reki terdengar kecewa. Seakan, ini salahnya Reki karena telah menanyakan itu pada Oase. Reki lanjut berkata, “Selain itu, dia sibuk banget tuh. Meski ini hari pertama kita belajar di semester dua, dia sudah dispensasi karena syuting. Tapi di sisi lain, dia malah sudah punya pacar. Aku tidak mengerti bagaimana pola jadwal artis.”

“A-ah, i-iya.” Tidak tahu harus menjawab apa, hanya respon itu yang bisa Oase berikan. Sejauh ini masih berjalan lancar. Mengenai usahanya untuk merahasiakan hubungannya dengan Nova. Itu hanya bisa dia lakukan
setidaknya sampai Nova selesai dispensasi.  Oase sudah mencoba untuk membuat kesepakatan.

Kesepakatan yang berisi, Oase dan Nova harus merahasiakan hubungan mereka dari publik. Nova setuju, dia akan merahasiakan itu di publik. Tapi tidak dengan lingkungan sekolah. Kalau Nova sudah begitu, maka apa pun yang Oase katakan akan percuma. Cepat atau lambat, ini semua akan terkuak.

Kelas di pagi hari mulai terdengar gaduh. Seluruh siswa sudah datang dan siap belajar di hari ini, Senin. Menutup suasana gaduh, Pak Dhani masuk kelas sambil berkata, “Siapkan lembar jawaban kalian. Kita akan pemanasan hari ini.”

Semua siswa langsung diam dan duduk di tempat mereka masing-masing. Dengan perasaan membara, Sahl melirik ke arah Oase. “Ini saatnya balas dendam.” Ekspresi Sahl mengatakan itu. Meski tidak ada satu pun kata yang terucap, Oase bisa tahu kalau Sahl mengatakan itu dalam hatinya.

Sahl berdiri, dia kemudian berkata, “Pak, saya dan Oase izin pergi ke kamar mandi.” Dia mengatakan itu datar, seperti tidak sadar tentang skandal di balik ucapannya.

“Aku sedang tidak ingin ke kamar mandi ….” Oase yang tidak peka sosial juga abai. Dia tidak mengerti kalau ada beberapa hal yang harus dikoreksi dari kepolosannya.

Sahl semakin jadi, dia membuat salah paham seisi kelas dengan tindakannya. Dia bangun dari kursinya, mendekat ke meja di mana Oase dan Reki duduk. “Temani aku ke kamar mandi,” kata Sahl.

“Ha? Ada apa denganmu? Sudah kubilang aku tidak ingin ke kamar mandi.” Oase mulai ketus karena kesal dengan tindakan Sahl. Sementara saat ini, seisi kelas menyaksikan mereka dengan heran.

“Apakah mereka memang tidak mengerti tentang apa yang sedang mereka lakukan? Atau mereka memang memiliki hubungan itu saat ini?” Seisi kelas memikirkan hal yang sama.

Karena tidak mau ada jeda berlebihan. Pak Dhani mulai bicara, “Oase, temani saja Sahl. Segera kembali karena pemanasan kita akan segera dimulai.” Kali ini, yang memerintah Oase adalah seorang guru. Dia harus melakukannya dengan mengesampingkan apakah dia bersedia atau tidak. “Ba-baiklah,” jawab Oase sedikit malas. Lalu setelah itu, Oase dan Sahl pergi ke kamar mandi.

Seisi kelas melihat mereka. Termasuk ketika mereka jalan beriringan keluar kelas. “Serius, ini benar-benar gawat. Apakah mereka memiliki kecenderungan seperti itu?” Seisi kelas memikirkan hal yang sama.

Tapi yang lebih parah. Baik Sahl atau Oase, mereka berdua tidak sadar atau peka dengan sekitarnya. Mereka memang yang terburuk kalau soal memahami sekitar. Akhirnya, tanpa menyadari pikiran sekitar mereka, Oase dan Sahl pergi ke kamar mandi.

Selesai buang air kecil masing-masing. Oase dan Sahl mencuci tangan di wastafel, mereka menghadap kaca yang sama, posisinya bersampingan.

Memulai pembicaraan, Oase berkata, “Jadi, ada apa sampai mengajakku bicara berdua?” Sahl mematikan keran wastafel, dia kemudian menjawab, “Aku terkejut. Kenapa berpikir seperti itu?”

“Itu sudah jelas bukan? Kau sampai memaksa agar aku ikut menemanimu ke kamar mandi. Jujur saja itu aneh dan terkesan dipaksakan,” kata Oase menyelesaikan cuci tangannya dan menutup wastafel.

“Aku ketahuan ya. Baiklah, sekalian saja kalau begitu. Oase, dalam pre-test kali ini, mari kita bertaruh. Ini juga usahaku untuk balas dendam atas kekalahan di semester kemarin.” Kekalahan yang Sahl maksud adalah pre-test di semester satu. Termasuk pertandingan catur yang juga dimenangkan oleh Oase.

“Taruhan? Harusnya kau lakukan itu saat ujian akhir semester satu,” kata Oase menyanggah. Tapi, Sahl juga punya alasan. Dia menjabarkan alasan itu dengan berkata, “Soal pre-test buatan Pak Dhani 10 kali lebih sulit. Oh ya, apakah kau tahu, siapa pembuat soal UAS?” Kalimat Sahl diakhiri tanya.

Oase yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menggeleng. Sahl memahami ketidaktahuannya dan berkata, “Soal UAS disusun oleh Tim Penyusun Soal. Kesulitannya masih disesuaikan dengan silabus atau materi SMP. Tapi, soal pre-test Pak Dhani berbeda. Itu adalah soal yang dibuat khusus dari ambisinya dan semangatnya. Kau sendiri sudah paham bukan? Kesulitannya bisa bersaing dengan soal kelas tiga SMA. Meski soalnya adalah materi SMP, belum tentu siswa SMA bisa mengerjakannya. Karena itu, ayo bertaruh.”

“Kau ini antusias sekali sih … lalu, kalau kau bilang taruhan. Apa yang kita pertaruhkan saat ini?” tanya Oase malas dan berharap kalau taruhannya tidak lebih sulit dari traktir makan siang. Sahl menjawab, “Kalau kau kalah, aku akan menyebarkan hubunganmu dan Nova. Setidaknya ke teman sekelas. Bahkan, teman sekelas lebih dari cukup.”

“Tidak masalah. Lagipula, cepat atau lambat. Nova akan selesai dari dispensasi. Kalau Nova kembali, dia pasti akan sangat antusias membicarakan ini. Itu sama sekali tidak merugikan bagiku.”

Sahl merasa kesal. Sadar kalau Oase sama sekali tidak dirugikan, Sahl sangat kesal. Dia berniat untuk mengganti taruhannya. “Kalau begitu, ganti ketentuan!” kata Sahl sedikit teriak karena kesal.

“Apa itu?”

“Kalau kau menang, silakan perintahkan aku apa saja di game VR MMO Dreamer. Lalu kalau aku menang, aku bebas memerintahkan dirimu apa saja di game VR MMO Dreamer. Sepakat?” kata Sahl yakin, tapi keringat dingin bercucuran di wajahnya.

Semua itu membuat Oase berpikir, “Tunggu, apakah dia hanya ingin main game bersamaku?”

Tapi dia terlalu malu untuk mengajakku main.

Jangan Lupa Follow Sosial Media Kami lewat tautan di bawah ini

Fanpage Anime

@rabbanime_

Info Web Novel

@wn_dreamer.idn

Author

@ini_bukan_oase

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai