Mabinogion Volume 2 Chapter 3

Baca Web Novel Mabinogion Volume Dua di platform wattpad lewat tautan berikut Mabinogion Volume 2 Chapter 3

CHAPTER 3: Duel Terakhir?


Pak Dhani keluar kelas. Dia bergegas pergi ke ruang guru, kemudian duduk di mejanya. Di atas mejanya, ada satu buku arsip yang tampak mencolok. Dia membuka buku tebal itu. Terus membalik halamannya, sangat jauh sampai tiba ke bagian belakang. Ketika dia berhenti membalik halaman, Pak Dhani kemudian diam. Dia sejenak, merenungi sesuatu dalam pikirannya. “Hanya tinggal enam halaman, ya?” kata Pak Dhani lemas ketika melihat lembaran kosong itu tersisa enam halaman terakhir.

Mabinogion

“Hari ini sudah selesai ya ….” Reki bersandar lega sambil menghela nafas dengan puas. Sangat berkebalikan dengan Lifah yang sejak tadi diam dan dan berkeringat. Diamnya Lifah membuat Reki sedikit terganggu.

“Lifah, memangnya kau mengerjakan soal pemanasan dengan jawaban bohong?” tanya Reki santai. Sementara Lifah hanya menggeleng untuk menanggapi. Gelengan kepalanya sudah mengartikan kalau dia menjawab soal dengan jujur.

“Kalau begitu tenang saja. Kemungkinan terburuknya hanya ponsel milikmu yang disita. Atau mungkin, malah tidak disita. Bisa jadi ini adalah cara Pak Dhani untuk membuatmu jera,” jelas Reki cukup panjang. Tapi Lifah tetap murung dan diam. Dia sedikit merasakan takut dari tindakannya yang membawa ponsel ke kelas. Padahal Pak Dhani hanya memberikan soal yang harus dijawab, tapi itu bisa memberikan efek jera yang efektif bagi beberapa orang.

Saat Reki sedang berbicara dengan Lifah, Oase kembali. Oase baru saja kembali dari pembicaraannya dengan Sahl setelah ujian. “Apa yang kau bicarakan dengan Sahl?” tanya Reki sembari menyambut kedatangan Oase.

Oase duduk di kursinya, merapikan buku dan alat tulis sambil menjawab, “Hanya membicarakan soal permainan.” Oase lanjut merapikan mejanya dan bersiap-siap untuk pulang. Reki terlihat heran dengan tingkah Oase yang terkesan buru-buru. Menoleh ke arah lain, Reki melihat Sahl yang sedang merapikan meja juga.

“Kalian terlihat lebih akrab belakangan ini. Bahkan Sahl sampai memintamu untuk menemaninya ke kamar mandi,” kata Reki sambil memperhatikan Sahl yang sedang bersiap pulang.

“Entahlah, aku juga sedikit lebih akrab denganmu dibanding enam bulan lalu. Kau tidak menyadari itu? Pukulan punggung setiap pagi.” Oase sudah menyisipkan sindiran di kalimatnya barusan.

Sindiran itu merujuk pada kebiasaan Reki yang selalu memukul punggung Oase setiap pagi. Meski Reki hanya menganggapnya sebagai salam selamat pagi. Dia benar-benar memukul punggung Oase sampai Oase merasa mual. Itu adalah pukulan yang keras, tapi Reki tidak menyadari itu.

“Pukulan punggung? Aku hanya memberimu ucapan selamat pagi. Apakah sekeras itu?” Mendengar pertanyaan yang tidak peka seperti itu, Oase menjawab singkat, “Itu tidak sakit. Terus lakukan itu setiap pagi dan kurangi tenaga saat melakukannya, ya?”

Oase kemudian pergi setelah merapikan meja dan tas sekolahnya. Dia keluar dari kelas, niatnya adalah langsung pulang ke rumah. Dia harus meladeni Sahl supaya masalah ini tidak semakin panjang dan dia bisa segera beristirahat. Pasalnya, Sahl yang sangat antusias dalam persaingan tidak akan terima jika Oase menolak tantangannya.

Entah sampai kapan, Oase sendiri juga tidak tahu kapan Sahl akan bosan. Mungkin sampai Sahl menang saat bertanding dengan Oase, Sahl tidak akan puas.

____________

Oase sampai ke rumah. Ibunya yang sedang memasak di dapur bertanya, “Pulang cepat hari ini???” Sementara Oase menjawab, “Ya ….” Mengabaikan ibunya, Oase langsung naik ke lantai dua dan masuk kamar. Masih mengenakan seragam, hanya meregangkan dasi di kerah supaya suasana tidak terlalu panas.

Oase mengenakan mesin virtual di kepalanya. Kemudian menekan tombol ‘on’ hingga mesinnya menyala. Beberapa konfigurasi telah ditampilkan seperti biasanya ketika pemain sedang memasuki permainan. Ketika sistem sudah selesai menilai, pemain akan benar-benar login ke dalam dunia game.

<LOG-IN GAME>

Oase berada di lobby. Ruangan putih tak berujung yang sangat luas dan sepi. Di lobby ini, biasanya Oase melihat daftar pertemanan atau event yang sedang berlangsung. Dia mengenakan atribut kostum dan menunggu undangan Sahl untuk berduel.



<Sahl mengundang Anda dalam pertandingan satu lawan satu>

[Bergabung]          [Tolak]



Oase memilih setuju karena memang itu tujuannya. Ketika Oase menekan hologram setuju, dimensi lobby berubah. Ruangan luas yang awalnya putih, kini berubah menjadi menjadi stadion luas tanpa penonton.

Bukan stadion bola atau olahraga, itu adalah stadion khusus untuk pertandingan satu lawan satu. Karena Sahl adalah pemain top global di VR MMO Dreamer, banyak pemain lain yang ingin menonton. Bahkan sampai menawarkan donasi dalam jumlah besar demi melihat pertandingan Sahl melawan Oase.

Tapi Sahl tidak mau. Dia mengatur pertandingan duel ini sebagai pertandingan privasi. Membuat orang lain tidak bisa menonton kecuali diizinkan. Meski pertandingan ini privasi, orang-orang tetap tahu kalau lawan Sahl saat ini adalah Oase. Membuat popularitas Oase meningkat pesat bahkan membludak. “Sahl, aku harus apakan popularitas ini?” tanya Oase kebingungan. Sementara Sahl menjawab, “Diamkan saja.”

Mereka berdua sudah mengenakan atribut mereka masing-masing. Kostum yang Sahl gunakan adalah kostum gagah yang biasanya dipakai oleh pahlawan. Berwarna putih dengan corak emas, kemudian ada sarung pedang di pinggangnya.

Sementara Oase sebaliknya. Oase lebih terlihat sebagai antagonis di duel itu. Oase hanya mengenakan jubah putih yang sangat besar sampai menutupi tubuhnya. Lengan jubah itu menutupi tangan hingga ujung jari. Bagian bawah jubah itu bahkan sampai menyentuh tanah. Apalagi kerahnya. Kerah jubah itu sampai menutupi mulut Oase saking besarnya.



<DUEL SATU RONDE>
[Dimulai dalam satu menit]


Sistem sudah memberi peringatan. Tiga menit sudah lebih dari cukup untuk mengatur formasi dan melakukan analisa. Baik Oase atau Sahl, mereka sudah berdiri di sisi  persegi yang berlawanan. Oase yang sadar kalau dirinya punya waktu memikirkan beberapa hal.

“Penilaian.” Oase merapal dalam hati kecilnya. Menilai Sahl dengan skill penilaian yang serbaguna. Tapi karena skill penilaian itu masih level satu, Oase hanya bisa melihat status lawannya.



<INDIVIDU: SAHL>
[TITLE: PAHLAWAN]



Oase lanjut menilai senjata Sahl yaitu pedang. Dia mengarahkan pandangan ke pedang milik Sahl, kemudian membatin, “Penilaian.”



<PEDANG PAHLAWAN>
<PENILAIAN DIBLOKIR>



“Ha? Aku tidak bisa menilai senjatanya? Serius, kalau aku tidak bisa menilainya, maka statistik pedang itu setidaknya lebih besar dariku,” kata Oase gelisah dan panik. Tinggal 30 detik sampai duel dimulai.

Oase menyadari kalau dia sangat dirugikan dalam arena ini. Skill unik milik Oase adalah Benang. Seandainya Oase bertarung di arena hutan, maka akan mudah melilitkan benang karena ada banyak pohon. Oase bisa membuat banyak jebakan yang menyulitkan pergerakan Sahl.

Di ruangan terbuka yang seperti ini, jelas Sahl sangat diuntungkan. Dia punya banyak ruang dan lebih leluasa untuk menyerang. Sebaliknya Oase akan benar-benar kesulitan jika harus bertarung di ruang terbuka.



<DUEL DIMULAI>

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai