Mabinogion Volume 2 Chapter 5

Skill pikiran paralel adalah skill yang bisa meningkatkan kecepatan seseorang dalam berpikir. Skill ini terbilang langka dan hanya bisa diarahkan kepada individu yang membuka skill penilaian sejak awal. Dengan bantuan skill ini, Oase bisa memanfaatkan waktu yang Sahl berikan saat Sahl sibuk menyembuhkan diri. Sahl butuh 20 detik untuk menggunakan skill self healing. Maka selama 20 detik itu berlangsung, Oase sudah berpikir keras selama 200 detik tanpa memperlambat waktu di sekitarnya. Itu adalah efek dari skill pikiran paralel.

Oase menjelaskan itu pada Sahl. Alasan jelas yang membuatnya bisa mengaitkan benang ke seluruh sendi tubuh Sahl. Saat ini, Sahl sudah sepenuhnya terkunci dan tidak bisa bergerak sesuai kemauan. Sementara dari sudut pandang Oase, Sahl akan bergerak mengikuti apa pun keinginan Oase. Ketika Oase menggerakkan telunjuk kanannya ke atas, kaki kiri Sahl seperti tertarik ke bawah. Kemudian Oase memaksanya dengan benang agar Sahl diam dalam posisi berlutut.

“Sekarang, bukankah siapa yang menang sudah jelas?” tanya Oase dan itu sangat mengintimidasi. Sahl sedang bingung. Lagi-lagi dia merasa frustasi karena dikalahkan sekali lagi oleh Oase. Entah itu karena soal, permainan catur, atau VR MMO, semua duel itu dimenangkan oleh Oase. “Kenapa aku tidak bisa menang meski hanya di satu bidang? Aku menyerah.”

Pilihan terbaiknya saat ini hanya menyerah. Sahl tidak bisa menghentikan duel secara paksa sebelum satu pihak dikalahkan atau menyerah. Meski kecewa karena gagal, tapi Sahl sedikit dewasa dalam menanggapi kekalahannya kali ini. Berbeda dengan enam bulan lalu. Yang mana tanggapan Sahl terhadap kekalahannya itu dinilai berlebihan, saat ini Sahl berusaha menerima fakta langit di atas langit.

Kenapa aku tidak bisa menang meski hanya di satu bidang? Penilaian Sahl yang seperti itu membuat Oase emosi. Penilaian itu seakan menganggap kalau Oase adalah orang yang serba bisa dan tidak bisa dikalahkan dalam hal apapun. Dengan menahan perasaannya yang emosi, Oase bertanya, “Hei Sahl, mau tanding olahraga denganku?”

Pertanyaan itu membuat pandangan Sahl terangkat. Dalam posisinya yang masih berlutut, dia melihat Oase yang saat ini sedang menantangnya dalam olahraga. Oase lagi-lagi berkata, “Kalau kau menang, kau bisa menganggap ujian pemanasan, pertandingan catur, termasuk duel ini, itu semua bisa kau anggap bahwa kaulah pemenangnya.”

“O-olahraga, kenapa?” tanya Sahl kebingungan. Belum lagi ketentuan yang mengatakan kalau dia boleh melupakan semua kekalahannya seakan dialah pemenangnya. “Kau sedang meremehkan ku?” Sahl bertanya lagi, kali ini dia sedikit kesal. Tentu saja posisinya masih berlutut. Karena sejak tadi sampai saat ini, Sahl masih dalam kendali skill milik Oase.

Pertanyaan penuh emosi dari Sahl mendapat jawaban. Oase berkata, “Tidak, aku belum selesai bicara. Kalau aku yang menang di pertandingan olahraga nanti, aku akan menyiarkan kekalahanmu saat ini. Aku sudah merekamnya sih.” 

Sahl langsung sontak terkejut ketika mendengar itu. Meski Sahl sudah memasang privasi ketat untuk duel ini, tapi Oase malah merekamnya dan mengancam akan menyebarkannya. Tapi, memangnya apa yang bisa Sahl lakukan? Bahkan dia sudah di bawah kendali penuh Oase saat ini. 

“Bagaimana? Atau kau mau menerima kekalahan ini dan mengakui kalau kau memang tidak bisa menyaingiku.” Oase terus memberikan provokasi. Kalimatnya yang provokatif adalah upayanya untuk membujuk Sahl agar setuju. Agar masalah ini berakhir, Sahl dan Oase harus bertanding olahraga secara adil. Yang Oase pikirkan adalah kalau ini semua tidak akan berakhir sebelum Sahl merasa menang. Bukan menang sekedar menang. Tapi benar-benar menang di mana aku Oase tidak bisa menyaingi Sahl. Lalu kesimpulan terbaik yang berhasil Oase tarik adalah, olahraga.

“Aku tanya sekali lagi, mau bertanding olahraga?” Ini adalah pengulangan tanya yang kesekian kali. Bodoh jika Sahl melewatkan kesempatan ini untuk balas dendam. Karena itu Sahl mengangguk tanda setuju. Oase melepaskan skill bonekanya dan Sahl menghentikan pertandingan.

Untuk sementara, status duel ini dimenangkan oleh Oase. Tapi status itu bisa berubah tergantung hasil pertandingan olahraga mereka nanti.

Lalu hasilnya ….

“Aku kalah telak,” kata Oase lega dan ditutup dengan hela nafas. Hasil pertandingan, lomba lari jarak 100 meter, dimenangkan oleh Sahl. Seberapa banyak memasukkan bola basket ke ring dalam waktu satu menit, dimenangkan oleh Sahl. Seberapa banyak push up dalam satu menit, dimenangkan oleh Sahl. (Oase sudah pingsan di detik ke-30).

“Ini memang kalah sih, kalah parah. Tapi entah kenapa, aku merasa lega,” kata Oase membatin sendiri dalam hatinya. Sahl menerima kemenangan itu dengan senang hati. Dia juga sudah cukup melakukan selebrasi atas kemenangannya itu.

“Pada akhirnya, kita tidak akan bisa jadi yang terbaik di segala bidang. Sahl juga bukan orang bodoh. Seperti yang dirumorkan sejak dulu. Sahl adalah siswa terbaik di negeri ini. Tapi ya, semangat bersaing Sahl sangat tinggi. Itu membuatnya terlihat cukup kikuk saat berusaha menjadi yang teratas dalam. Hal apa pun. Mungkin, satu-satunya orang yang ia akui sebagai rival saat ini, hanyalah aku.”

______________________

“Selamat, karena masalahmu dengan Sahl telah selesai, aku bisa membahas masalah baru denganmu.” Suara itu menyambut Oase yang sedang pergi ke ruang ganti. Tapi, suara itu perempuan.

“Setidaknya tunggu aku sampai selesai ganti baju dong, Syanin.” Oase meresponnya dengan sedikit risih sebelum ia masuk ke ruang ganti.

“Yah, kita juga tidak akan bisa membahasnya di sini sih. Aku akan menunggumu di taman setelah pulang sekolah, pukul empat sore, ya. Terlambat satu menit maka kau harus sujud padaku selama satu jam,” kata Syanin sambil beranjak pergi meninggalkan Oase.

“Sujud padanya satu jam, apa-apaan tuh ….”

____________

Sore itu, Oase duduk di kursi taman, tentu saja sendirian. Dia melihat menara jam di pusat taman, membuatnya semakin malas dan berkata, “Sekarang sudah jam 16.15 tuh. Dia harus sujud padaku selama 15 jam, ya?”

“Sejak kapan aku menyepakati itu?” Suara Syanin mendadak terdengar dari belakang Oase. Ada Asty juga yang seperti biasa berjalan di belakang Syanin.

“Kau mengatakan peraturan itu sendiri,” kata Oase kesal sementara Syanin hanya menjawab, “Peraturan itu hanya berlaku untukmu sih.” Perkataan itu sudah jelas menunjukkan ketidakadilan. Tapi Oase juga tidak berniat untuk memperpanjangnya. Sapaan di awal itu hanya sekedar sapaan, bukan dia yang sedang menegakkan peraturan yang bahkan, peraturan itu tidak tertulis.

“Jadi, ada masalah apa? Kau sampai mengundangku bicara seperti ini.” Oase memulai pembicaraan dengan bertanya. Sambil duduk di kursi taman yang berbeda dengan Oase, Syanin menjawab, “Kau sudah sedikit kurang ajar tuh. Padahal di awal semester satu, kau selalu gagap dan patah dalam bicara.”

“Semua orang bisa berubah ….”

“Yah, baguslah. Itu akan mempercepat pembicaraan ini untungnya. Langsung saja, aku mendapat informasi penting secara tidak sengaja. Ini tentang sekolah.” Saat menutup kalimat itu, atmosfer dan suasana terasa berubah. Dingin, gelisah, dan berat. Padahal sebelumnya, suasana di taman sangat ramah dan bersahabat.

“Informasi apa?” tanya Oase sambil memiringkan kepala.

-Kandang Burung-

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai