Mabinogion Volume 2 Chapter 8

Oase mencoba memberi tahu Sahl tentang apa yang Syanin khawatirkan saat ini. Harapannya, Sahl akan ikut mewaspadai apa yang Syanin waspadai meski itu semua hanya sebatas kekhawatiran belaka.

Maksudnya, kekhawatiran Syanin di sini memang hanya sebatas kekhawatiran saja. Tidak ada bukti konkret atau nyata kecuali pelajaran dari pengalaman. Syanin menarik kesimpulan tentang apa yang terjadi pada Tifah, termasuk tentang apa yang terjadi pada ayahnya Dalilah. Belajar dari dua pengalaman itu, Syanin khawatir kalau mesin game yang disinkronkan dengan sistem sekolah akan mengalami masalah juga. Pasalnya, yang terlibat dalam pemberdayaan mesin game adalah siswa secara langsung. Itu berarti apabila masalah benar-benar terjadi, maka yang terkena masalah itu adalah siswa secara langsung. Itulah yang Syanin khawatirkan.

Sekilas terlihat kalau kekhawatiran Syanin ini berlebihan. Makanya Sahl nampak tidak peduli dengan apa yang Oase jabarkan. Respon Sahl kurang lebih seperti, “Kau tidak ingin aku berkembang dengan mesin yang sekolah berikan. Maaf saja tapi rencana itu tidak akan bisa membodohi Sahl yang cermat.”

“Cara bicaranya beda,” batin Oase terkejut ketika mendengar gaya bicara Sahl yang berbeda. Oase kemudian hanya bisa merespon, “O-oke.” Kepada Sahl.

Akhirnya, satu-satunya orang yang masih bisa Oase ajak untuk tetap mewaspadai mesin game sekolah hanyalah Nova. Hari itu pukul tujuh malam, Oase menelepon Nova untuk memperingatinya.

“Ah, Oase, mau melaporkan kejadian hari ini lagi?” tanya Nova cukup semangat meski itu hanya terdengar lewat telepon. Oase menjawab, “Iya seperti biasa. Lalu dari laporan ini, mungkin saja ada peringatannya juga. Jadi sebaiknya dengarkan dengan seksama.”

“Aku selalu mendengar telepon dari Oase dengan semangat!” kata Nova dengan nada bicaranya yang terdengar meledek. Oase menanggapi, “Memangnya kau pikir, itu akan membuatku senang?”

“Lantas apa yang membuatmu senang?” tanya Nova penasaran. Sementara Oase menjawab dengan singkat, “Kencan.”

Suasananya menjadi diam dan hening. Tidak ada tanggapan dari Oase atau Nova ketika mendengar Oase mengatakan kencan dengan mudah. Sekilas setelah keheningan yang mengganggu, Nova berkata, “Aku tidak menyangka bisa mendengar ajakan kencan dari Oase.” Sedikit kesal, Oase menanggapi, “Itu pujian?”

“Lupakan. Kau bilang ada peringatan untukku. Peringatan apa itu?” Nova mengalihkan topik pembicaraan. Meski terlihat sedikit kecewa, Oase menjawab, “Hari ini, sekolah membagikan mesin game VR MMO DREAMER ke setiap siswa di kelas.”

Secara spontan Nova merespon, “Eh, serius? Aku merasa tidak berguna karena telah membelinya ….” Dia terdengar sedih. Tapi Oase belum selesai bicara. Dia berkata, “Kemarin, Syanin memberiku sedikit informasi. Eh, lebih pas jika aku sebut perkiraan daripada informasi sih.”

“Perkiraan, soal apa?” tanya Nova bingung sambil merebahkan punggungnya di atas kasur. Oase menjawab, “Tentang kita yang tidak boleh menggunakan mesin pemberian sekolah.”

Oase menjelaskan semuanya malam itu. Tentang apa yang Syanin khawatirkan dan larang. Tentang apa penyebab dari kekhawatiran itu. Termasuk dampak yang mungkin terjadi jika masalahnya benar-benar ada.

Nova paham, dia juga terdengar mengerti dari responnya. Merespon semua penjelasan itu, Nova berkata, “Aku mengerti tentang peringatan itu. Aku juga akan mematuhinya. Tapi, aku ingin menanyakan satu hal.”

“Apa itu?” tanya Oase spontan. Sementara dengan nada serius, Nova berkata, “Kenapa Syanin bisa terpikirkan untuk memperingati ku juga? Maksudku, tidak ada yang tahu kalau kita sudah membeli mesin game itu bukan? Termasuk, fakta kalau kita pacaran.”

Oase memasang ekspresi lega ketika mendengar itu. Membuang nafas perlahan, Oase berkata, “Aku juga menanyakan itu pada dia langsung. Tapi ya, fakta kalau dia mengetahui semuanya adalah benar, sesuai kegelisahanmu barusan. Fakta mulai dari kita yang berpacaran. Sampai fakta tentang kita yang memiliki mesin game VR MMO, Syanin tahu semuanya.”

“Lantas dari mana dia tahu semua itu?” Nova mulai tidak terkendali dan nada bicaranya mulai kacau. Oase menyadari itu dan mengarahkan suasana ke arah yang lebih baik. Dia memang tidak bisa mengubah suasana pada kebanyakan interaksi. Tapi jika dengan Nova, Oase merasa bisa mengarahkan suasana ini.

“Entahlah, dia hanya menjawab kalau dia suka mencari tahu. Selain itu, ada apa denganmu? Kau terdengar gelisah.” Kalimat itu ditutup dengan pertanyaan Oase yang khawatir tentang Nova. Itu seharusnya wajar kalau Oase bertanya. Karena yang Oase tahu, Nova memang berniat untuk memberitahukan hubungan mereka setelah dispensasi selesai. Tapi ketika dia tahu tentang Syanin, Nova terlihat panik.

Dengan nada bicara yang sedikit takut, Nova berkata, “Aku dilarang pacaran oleh produser.”

________

Kamu Sedang Membaca Web Novel Mabinogion Volume Kedua


Pagi hari, dengan wajah yang terlihat mengantuk dan payah, Oase berangkat ke sekolah. “Aku terlalu lama mengobrol semalam,” keluh Oase lemas sambil menguap karena rasa kantuknya. Meski Oase hanya bicara sendiri pagi itu, ada respon yang terdengar dari mulut gadis.

“Wah, aku harap kau tidak lupa memberitahukannya. Terakhir kali kau beralasan lupa karena terlalu asik mengobrol dengan pacarmu itu.” Itu adalah suara Syanin yang terdengar.

Oase terkejut, tapi ekspresinya yang mengantuk tidak menggambarkan itu. Oase hanya merespon, “Oh, aku memberitahunya kok. Selain itu jangan asal merespon orang yang sedang bicara sendiri.”

“Seharusnya kau berterima kasih karena aku masih mau meladeni keluhan itu,” kata Syanin ketus. Sementara Oase hanya menanggapinya singkat. Dia berkata, “Terima kasih.”

“Sama-sama,” jawab Syanin ketus. Mengalihkan topik pembicaraan, Syanin menanyakan sesuatu yang penting. “Oase, kau bawa mesin yang mana hari ini?” Sementara Oase menjawab, “Mesin lamaku. Yang dari sekolah aku tinggalkan di rumah.”

“Bagus, kau cukup penurut sepertinya. Untuk kepentingan informasi, Asty menggunakan mesin yang aku beli. Sementara aku menggunakan mesin dari sekolah. Aku tidak tahu apa perbedaannya sampai aku melihatnya langsung. Niatku begitu sih, tapi setiap orang hanya bisa memiliki maksimal satu akun,” jelas Syanin cukup panjang.

“Apa maksudnya satu akun?” Oase menanggapinya dengan bertanya. Syanin terlihat malas untuk menjelaskannya lebih lanjut. Ekspresinya menggambarkan itu dan Oase paham. Bahkan ketika Syanin mulai menjelaskannya secara terpaksa, Oase juga paham dan itu membuatnya merasa tidak enak.

Syanin menjelaskan, “Mesin itu membuat akun dengan menyelaraskan otak dan pikiran penggunanya. Hanya ada satu Syanin di dunia ini. Ketika Syanin sudah mendaftarkan dirinya di salah satu mesin, maka akunnya sudah terdaftar dan itu tidak akan pernah bisa diganti atau diduplikasi.”

“Aku mengerti, lalu bagaimana jika kau ingin mengganti mesin untuk bermain?” tanya Oase.

Kemudian Syanin menjawab, “Mesin itu sudah bisa mengidentifikasi kalau penggunanya adalah Syanin. Setelah mesin itu tahu kalau Syanin akan menggunakannya, maka data permainan akan disinkronkan dengan mesin baru. Aaaa aku juga kurang paham bagaimana menjelaskannya. Intinya kau paham, ‘kan?”

“Kurang lebih, ketika kau menggunakan mesin yang kau beli sendiri pada awalnya, kau sudah terdaftar secara permanen. Lalu ketika kau ingin menggunakan mesin yang sekolah berikan, maka kau tidak perlu mendaftar ulang. Itu karena data di mesin lama sudah otomatis sinkron dengan mesin pemberian sekolah. Acuan untuk sinkronisasi data adalah pemikiran dan otak Syanin. Kurang lebih begitu?” tanya Oase memastikan.

“Begitulah, tidak sia-sia kau teleponan sampai larut dengan pacarmu. Kau selalu bisa berpikir jernih setelahnya, itu cukup memudahkan bagiku,” kata Syanin ketus dan beranjak masuk ke gerbang sekolah. Tentu saja, Asty selalu mengikuti dan mengawalnya dari belakang.

MESIN PEMBERIAN SEKOLAH

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai